Kamis, 09 Februari 2012

Fear at the Museum by fanfiction

Jika kita keluar sedikit dari London dan melewati hutan berkabut akan tampak sebuah manor house yang mutu terawat dengan baik.. dan itu merupakan kediaman dari bangsawan terkemuka PHANTOMHIVE.
Di mana dalam manor house tersebut tinggalah seorang bocah berumur 12 tahun bernama Ciel Phantomhive dan Butlernya yang menawan.
Di pagi hari yang berawan, sang butler atau yang biasa dipanggil Sebastian Michaelis masuk ke dalam kamar Ciel untuk melihat keadaan tuannya.
"Selamat pagi tuan.." ucap Sebas sembari membuka gorden berwarna merah pekat yang berada di samping tempat tidur Ciel.
"Selamat pagi"
Jawab Ciel ketus sembari menutup sedikit matanya yang silau melihat cahaya yang masuk dari jendela kamarnya. Dan terlihat dari raut wajahnya bahwa ia masih mengantuk.
"Menu hari ini, Pasta, Coklat sunday,Poached Salmon dan Mint Salad untuk sarapan.. dan Tea Set Wedgewood" Jelas Sebastian seraya membantu Ciel baranjak dari tempat tidurnya.
"Aku bosan makan itu terus." Jawab Ciel sambil mengucek" mata. Dan terlihat jelas dari wajah lugunya bahwa ia ingin meminta menu sarapan yang lain
"Tidak biasanya kau mengeluh seperti itu tuan" balas Sebastian sambil memakaikan kemeja putih dan dilapisi jas berwarna hitam.
"Lalu apa urusanmu?"
Jawab Ciel ketus dan memalingkan pandangannya.
"Seperti biasa, jawaban tuan terdengar dingin" Sebastian hanya menghembuskan nafas pelan disertai dengan senyum mirisnya "Hari ini nona Elizabeth dan Marchionnes akan datang untuk menemui Tuan muda, jadi saya harap tuan bisa baik-baik dengan nona Elizabeth, dan saya mohon maaf soal sarapan hari ini" Jelas Sebastian sembari membungkukkan badannya.
Ciel menganggukan kepalanya tanda bahwa ia sudah mengerti
"Bagus kalau begitu, dan tolong bilang pada Brad, Finian,dan Maylene agar tidak melakukan hal yang memalukan didepan nona Marchionnes"
Tambahnya dengan wajah datar.
Setengah jam pun berlalu setelah Sebastian mengenakan pakaian yang tampak cocok untuk Ciel dengan kemeja putih yang silapisi jas hitam, celana pendek berwarna biru dongker ditambah pita kecil yang melingkari lehernya, dan tidak lupa topi kecil yang selalu ia kenakan. Dengan mata yang tertutup sebelah dan tangan kiri memegang tongkat kesukaannya, Ciel benar-benar terlihat menawan.
"Yes my lord." Sebastian membungkukkan badannya.
Tiba – tiba terdengar suara langkah kaki yang berlari kecil bergema dari arah bawah Manor house tersebut,
"Cieell Ciieelll.. kau dimana?" terdengar suara teriakan yang sedikit demi sedikit mulai terdengar mendekati tempat dimana Ciel berada
"Sepertinya Lizzy sudah datang''
Dengan menghela nafas panjang Ciel beranjak dari tempatnya dan berjalan keluar untuk menemui tunangannya yang diikuti oleh Butler setia keluarga Phantomhive
"Akh?" sudut mata Lizzy tiba-tiba menangkap sesosok bocah laki-laki yang berada tidak jauh dari tempatnya. Ciel Phantomhive tunangan yang sedari tadi dia cari-cari "Cieeellll ~" Lizzy spontan berlari ke arah Ciel dan melompat dengan memakai gaun dress lolyta pink kesukaannya dan memeluk erat Ciel.
"aku rindu sekali padamu Cieeelll~" ucap Lizzy dengan wajah senang.
"A-eh A-aku juga-khh R-rindu p-pada mu L-lizzy"
Ciel berusaha bernapas ketika Lizzy memeluknya dengan-sangat-erat.
di sisi lain Sebastian hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku mereka yang terlihat lucu. Lalu tiba-tiba terlihat sesosok wanita tua yang masih tetap terlihat cantik dan bersemangat menghampiri mereka bertiga.
"Apa2an wajah mu itu Sebastian? kau masih terlihat mesum!" Marchiones ibu dari Elizabeth itu terlihat ketus melihat penampilan dari butler keluarga Phantomhive "Tapi kau tetap manis seperti biasa Ciel," Lanjutnya sembari menyungging senyuman.
"A-ah T-Terimakasih Nona Marchioness. Anda juga cantik seperti biasanya"
Jawab Ciel gugup sambil mengulas senyum yang dipaksakan khas-nya.
Sementara sebastian hanya bisa Sweatdrop ketika wajah tampanya di bilang mesum oleh Ibu dari Elizabeth ini.
"Kalian tau kan maksud kedatang kami ke sini?" Tanya Marchioness dengan wajah dingin ke arah Ciel n Sebastian.
Namun Ciel dan butlernya hanya menatap satu sama lain dengan raut wajah yang tampak tidak tau apa-apa
"kita akan pergi ke pembukaan Museum H yang dibangun oleh Ratu di tengah kota London," lanjutnya.
"E-eh? U-untuk apa?"
Tanya Ciel yang masih sesak di peluk dengan erat oleh Lizzy
Ciel melirik ke arah Sebastian tuk kedua kalinya dengan heran. Namun Sbastian hanya menggelengkan wajah nya perlahan tanda bahwa dia belum mengetahui tentang apa yang di bicarakan oleh Marchiones.
"Ratu menyuruh kita menjadi tamu kehormatan atas di bukanya museum H, apa beliau tidak mengirimi mu surat?" Tanya Marchioness heran.
"Hm? Sepertinya tidak"
Ciel berusaha mengingat-ingat Apakah Ratu mengirimnya Surat atau tidak.
"Sepertinya Beliau lupa"
Ujar Sebastian memotong pembicaraan Ciel dan Marchionnes. "Beliau sama sekali tidak mengirim kami Surat apapun"
lanjutnya.
"Apa kau yakin Ciel?" tanya Lizzy yang mulai melepaskan pelukannya.
"tapi ratu memerintahkan kami untuk datang bersamamu" ucap Lizzy dengan suara tenang dan wajah polosnya.
"Entahlah Lizzy. Mungkin beliau Lupa mengirimku surat"
Ujar Ciel yang mulai lega karna Lizzy melepas pelukan erat nya.
"Kalau begitu, Bisakah kita berangkat sekarang?" Tanya Sebastian seraya tersenyum dan perasaan penasaran serta keingin tau-an nya. Tapi, di balik senyuman menawan itu, Ada sesuatu yang tersembunyikan.
Akhirnya.. mereka pergi dengan menaiki kereta kuda yang sudah di siapkan oleh Sebastian dan pergi ke kota London untuk mengunjungi Museum H sekaligus untuk memastikan kebenaran dan teka teki yang di berikan oleh Ratu untuknya dan Ciel.
1 jam pun berlalu dengan perjalanan kearah London yang dihiasi berbagai macam pemandangan yang dapat dilihat dari dalam kereta kuda.
"Kita sudah Sampai Nona Marchioness, Tuan Muda, dan Nona Elizabeth" Sebastian membukakan pintu kereta kudanya dan mempersilahkan mereka semua keluar secara ber-urut dan perlahan.
"Huaaa~~ Museumnya tampak hebat~~! Benar kan Ciel?"
Tanya Lizzie antusias menatap sebuah bangunan putih yang berada tepat dihadapannya.
Ciel hanya menangguk kecil menjawab pertanyaan Tunanganya tersebut.
Namun, setelah mereka memasuki museum tersebut, perasaan cemas mulai muncul di benak mereka saat melihat isi museum yang di hiasi oleh berbagai macam tulang berulang manusia, beberapa macam mayat yang sudah di awetkan, dinding yang terlihat seperti darah dan hal-hal mengerikan yang lainnya.
"Ternyata ini.. museum yang aneh. bagaimana menurutmu Ciel?" Tanya Lizzy ketika melihat isi dari museum yang berisi hal-hal mistik, gothic dan terkesan horror.. berbeda dari museum yang lain..
"Aku mulai takut Ciel.." wajah Lizzy berubah pucat dan dia menggenggam erat tangan Ciel.
"tenanglah lizzy, aku akan menjagamu," Jawab Ciel singkat yang di akhiri dengan senyuman manis oleh Ciel dan Lizzy hanya mengagguk senang dengan wajah yang memerah.
Lizzie yang awalnya berdeca kagum melihat tampak luar museum ini pun akhirnya ketakutan ketika memasuki museum aneh ini. 'Kurasa semua orang juga akan bersikap sama seperti Lizzy. Apa yang sebenarnya terjadi dibalik semua ini? dan untuk apa museum ini dibangun? Lalu apa semua ini ada hubungannya dengan Ratu?'
Ciel menoleh kearah Sebastian yang sedang menatap sekeliling dengan berbagai macam pertanyaan yang tersimpan di pikirannya.
"Musium ini aneh, Tuan muda"
Bisik Sebastian.
Ciel mengangguk
"Aku tahu itu".
'Ini benar-benar Teka-teki yang sulit terpecahkan'
Gumam Ciel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar